"terimalah ini.."
tersodor selembar ijazah dengan catatan ekstra dalam huruf tebal cum laude. dilihat sekilas, lalu kembali bertatap wajah.
"ini satu lagi."
tangan menyerahkan rekening koran, tercetak berlembar-lembar. tak lama kemudian kembali melihat kedepan.
"dan satu lagi.. supaya lengkap."
diambilnya dua lembar foto dari dalam buku agenda. satunya balita dan yang lain lelaki muda.
akhirnya mereka berdua duduk menghadap kearah yang sama, tidak menyesal karena bahkan tidak berharap.
"ini semua karena rasa syukur, dan kamu pantas mendapatkannya."
tidak ada tetes airmata. posisi duduk mereka berdua masih sama.
"sudah saatnya berhenti berpikir bisa memiliki semua."
hanya bibir yang bergerak dan pelepah pisang yang bergoyang. semua tampak biasa.
"hanya satu bantuan."
akhirnya kepala tidak lagi menatap kedepan, menoleh.
"kenalkan aku."
tak memakan waktu lama hingga akhirnya kembali menatap kedepan. seekor kucing melintas.
"setia."
hitungan detik langit menjadi gelap. rupanya sudah malam. taman dengan kursi duduk menjadi stasiun kereta. bocah lusuh menawarkan semir sepatu. dikeluarkannya uang tidak sedikit. dilepasnya selop kayu. meski tidak bisa disemir. bocah kaget. dan empat pengumuman kereta terlambat. poni kleopatranya dihembus angin. hitungan detik langit menjadi terang. mereka sudah diruang tunggu pegadilan. masih menatap kedepan. dua ibu memaki petugas. bocah semir kembali datang. tersodor lagi uang dan selop kayu. bocah kaget. langit kembali gelap. kursi duduk dihadapan penjagalan sapi. bocah tidak berubah kembali bertanya. kembali uang keluar. kembali kaget. selop kembali tidak berguna terhadap semir.
"dimana setia?"
akhirnya setelah lama ia bertanya. dalam setiap hembusan angin memainkan poni, mereka berdua tidak lagi berada ditempat yang sama. sisanya sama ibu berselop kayu, perempuan dan satu bocah lusuh. pembicaraan terus berlangsung dalam diam dalam satuan waktu tak terkatakan. diambil ijazah dan ditaruh dipaling atas.
"katanya akal budi."
poninya sedikit berubah. kini berada diruang tunggu penjahit terkenal dari india. semua sibuk sementara diluar bocah lusuh memandang kedalam. menempel kedua tangan dikaca. udara dari hidung mengembun. uang diambil namun ia diluar tak kuasa masuk. selop dilepas dan langit merah. rekening koran sekarang sudah diatas ijazah. bocah menutup matanya. ternyata poninya bergerak. langit begitu gelap. tidak ada sesal dipondok pelataran kuburan.
"katanya strategi."
begitu semayup. alang-alang kekiri kekanan. poni tidak berubah. putri malu dan jangkrik. nisan dan gundukan. duduk tidak berubah. langit memasang bintang sehingga sedikit terang. tak kunjung terlihat bocah lusuh. sementara selop dan uang sudah begitu siap. tidak ada yang tahu berapa lama. tidak ada yang tahu. wajah lelaki sekarang ada diatas rekening koran.
"katanya intuisi."
ada cahaya diujung kubur tanpa nama. udara mampu menggeser satu anak rambut dari dahi. dan temaram. anak kecil perlahan membuat kubur semakin terang. petromaks. tanpa semir ia berjalan sendirian. kembali uang dan selop diserahkan. bocah lusuh kaget. petromaks mati dan poni tertiup. wajah balita kini menutup foto lelaki. terang benderang dipinggir jalan.
"katanya cinta."
perempuan dan ibu berselop kayu masih menatap kedepan. sebuah warung menghadap danau. dibelakang mereka banyak bocah lusuh. selop dan uang bukan yang diinginkan. tak satupun menghampiri. danau terlihat begitu kotor. perempuan menoleh, ibu menyambut. tersenyum. kerumunan kisruh. dibelakang tempat mereka duduk, diatas aspal tergeletak ibu tak lagi mengenakan selop. poninya bergerak gerak tanpa angin. ada ijazah, rekening koran, dua lembar foto dan darah. petugas datang. ibu dan perempuan masih menatap danau yang sama. kali ini dengan senyum.
No comments:
Post a Comment