seperti yang kubayangkan sebelumnya, mayat-mayat itu terlalu cepat berbau amis. padahal baru setengah hari ditumpuk begitu saja, sejak pemenggalan terakhir tadi siang.
ohh.. lihatlah, aku paling tidak suka ini. genangan darah di lantai masih saja belum beku. ada saja irisan dari potongan-potongan pucat itu yang masih mengucurkan cairan merah kental dan selalu terbayang di angan-anganku. huhh! tadi, pagi-pagi sekali aku harus bangun untuk menyingkirkan semua imaji yang membuat tidur malamku tak karuan dan mencoba mencucinya agar sementara tidak dapat aku pakai (walaupun aku tak berharap memakainya lagi). sayang tak dapat dipungkiri, percikan darahnya terlalu banyak! ini semua gara-gara ujung celanaku lupa kulipat. sial! ceroboh sekali!
astaga, sekarang baru ingat. aku lupa mengambil air minum. ahh! malas benar, kembali ke ruangan dapur. bukan karena jaraknya, tapi karena harus melewati sel tahanan. ohh.. aku sama sekali tidak tahan melihat raut wajah para tahanan. seperti sudah tidak punya kehidupan. melihat mereka seperti melihat mayat yang sudah dikubur, lantas dikeluarkan kembali buat dipindah ke liang lain.
teriakan tahanan, isak tangis ibu-ibu, bujukan agar aku mengeluarkan mereka setiap kulewat dari perempuan muda. tatapan kosong anak-anak tak bersalah. jeruji-jeruji besi bikin aku tambah merinding. itu bukan sekat penyiksaan. buatku malah mirip peti jenazah yang dihuni mayat sekarat! sebuah perumpamaan yang aku sendiri bingung, apa bisa menggambarkannya dengan tepat. (maaf jika aku salah!)
benar-benar malas kalau harus ke dapur lagi mengambil teko air. lagi-lagi aku ceroboh! kenapa cuma nasi bungkus saja yang aku ingat dan kenapa juga, celana lupa kulipat kemarin siang. aku benar-benar tidak berani melewati ruang tahanan. apalagi sejak kemarin malam, ketika seorang tahanan pria lajang memintaku menghentikan langkah di depan selnya. "dengarkan aku gadis. bantu aku, ahh.. maksudku kami keluar dari sini. kami hanya korban dari perebutan kekuasaan emosional. kami tahu engkau bukan bagian dari mereka. maka dari itu, bantulah kami," kalimat pria itu terus terngiang dengan jelas, sejak terakhir kali diucapkannya di sel. begitu pula saat kukemasi potongan kepalanya ke dalam kantong.
pemandangan dan suasana ruang mayat tetap sama bagiku. cuma sesekali saja nampak berbeda. aku berharap pada hari ini para algojo libur, sehingga pekerjaanku membungkus potongan pucat sekaligus menguburnya, bisa kuhentikan sehari. kala demikian, aku paling hanya membersihkan bercak-bercak di lantai, pinggiran meja, kursi dan jendela. kadang-kadang, noda darah terlalu sulit dibersihkan. harus digosok kuat-kuat. memakai cairan khusus pula. yang tentu saja kalau bawa sedikit, mesti balik lagi ke dapur dengan rute pendeknya yang membuat aku merinding.
hari ini, aku berharap bisa pulang lebih awal. tapi, tetap saja membosankan. entah mengapa, otakku seperti sudah membusuk. apa mungkin akibat bergaul dengan mayat? mana mungkin. bahkan kalau mayat benar-benar berbicara, mereka pasti sulit melakukannya dengan kondisi tidak utuh seperti itu.
....namun sampai aku menulis tulisan ini, aku tetap mencoba menyukai bau amis ini dan aku berharap bau amis yang mengelilingi ruangan segera hilang digantikan oleh bau dari pembersih khusus yang telah aku siram kelantai!
26 July 2010
22 July 2010
renungan disudut stasiun kota
heii.. akankah hari ini BERBEDA?

guyuran air yang sama segarnya..
wajah-wajah yang sama kukenalnya..
jerit tawa....
rentetan rapi kata....
gemuruh kereta....
ahh! semua SAMA...............!!
namun apa yang BERBEDA?
hahha.. hari ini SAMA!!
penuh CINTA dalam berbagai WARNA..

besok warna apa lagi ya?
terima kasih kawan-kawan,
kau yang kukenal..
kau yang belum kukenal..
kalian semua telah membuat hariku SAMA!!
penuh CINTA...............
yupp!! aku tak akan pernah PEDULI lagi..
besok akan menjadi warna apa.. :P

guyuran air yang sama segarnya..
wajah-wajah yang sama kukenalnya..
jerit tawa....
rentetan rapi kata....
gemuruh kereta....
ahh! semua SAMA...............!!
namun apa yang BERBEDA?
hahha.. hari ini SAMA!!
penuh CINTA dalam berbagai WARNA..

besok warna apa lagi ya?
terima kasih kawan-kawan,
kau yang kukenal..
kau yang belum kukenal..
kalian semua telah membuat hariku SAMA!!
penuh CINTA...............
yupp!! aku tak akan pernah PEDULI lagi..
besok akan menjadi warna apa.. :P
19 July 2010
From Sunday Afternoon
Dari sebuah kertas bernama kelabu..
"Apakah kamu pernah ke Athena? Gedungnya bagus. Letaknya di daerah Kota. Aku ke sana untuk minum alkohol murah dan nonton dangdut. Ia suka dangdut. Oh, well, dia suka cewek-cewek yang nyanyi lagu dangdut di cafe-cafe. Kadang dia ke Asmoro, tapi kalo ngga punya uang, dia pergi ke kota. Dia cakep dan banyak cewek dangdut menyukainya. Dulu, tempat ini pernah diserbu FPI katanya. Mereka menuduhnya sebagai tempat maksiat. Tapi bisnis telah kembali. Orang tidak peduli dengan FPI begitupun aku. Aku dan dia suka nongkrong di Glodok. Ngga ngapa-ngapain, tapi dia suka cerita tentang masa kecilnya. Dia tinggal dari kecil di daerah Glodok. Dia pintar bercerita. Aku pikir dia akan jadi pembuat film yang bagus. Di Glodok, banyak orang-orang China. Setiap malam, di sepanjang jalan di Glodok, orang-orang China mengangkut barang-barang dari dan ke pasar. Tengah malam, distributor DVD bajakan membawa DVD-DVD dari Serang dan Tangerang untuk dijual di belakang pasar. Di pasar Pancoran. makanan-makanan dan permen-permen dari Malaysia didrop ke pedagang-pedagang kecil yang memiliki kotak-kotak untuk jenis permen yang berbeda. Di dekat kuil, pasar dipenuhi dengan pedagang bunga-bunga, sayuran dan ikan-ikan. Jalannya becek dan air comberan menguarkan bau para gelandangan. Setiap pagi, orang-orang China membuka toko-tokonya yang telah menua oleh debu. Beberapa berwarna hitam sisa kebakaran 1998. Pembantu-pembantu dari pelosok Jawa sibuk menyapu dan membersihkan toko sementara cici-cici China berolahraga dengan kostum norak seperti dalam film Tsai Ming Liang. Aku sering ke Glodok untuk membeli DVD bajakan untuk tugas kuliah. Pasar DVD bajakan Glodok katanya yang terbesar. Tempatnya kecil dan udaranya panas. Berbagai jenis dan judul film bisa dibeli di sana, mulai dari film-film seni Korea hingga porno Miyabi Jepang, mulai dari film box-office Indiana Jones sampai VCD-VCD karaoke dangdut dari Panarukan. Semua tersedia dengan harga yang murah. Di dekat pasar, ada mall elektronik yang menjual berbagai peralatan, mulai dari camera, kulkas, mesin cuci hingga TV. Di foodcourt, ada panggung karaoke tempat orang-orang tua China menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan suara menyedihkan. Aku biasa minum jus dan makan pisang goreng Pontianak di sana. Sendirian. Di hari Sabtu.”
Tampaknya itu setahun yang lalu dan ketika minum jus sendirian dan melihat orang-orang tua Tionghoa berkaraoke adalah pekerjaan yang menjengkelkan. Kemarin, ketika hari Minggu berbeda dengan hari-hari Minggu yang lain, ketika aku belum dan tidak ingin mengunjungi temanku yang terkapar di kasur rumah sakit, atau berkumpul bersama teman-teman untuk pergi dan bersenang-senang hingga hari berlanjut malam, aku kembali mengunjunginya.
Lalu cerita berlangsung seperti ini...
"Saat itu hujan di Victoria. Singapura dingin sekali dan titik-titik hujan berjatuhan bagaikan paku-paku menembus tubuh-tubuh. Kau melihatnya berlari menuju tudung-tudung fiber di dekat sayap kiri perpustakaan di depan Seven Eleven. Dari kejauhan, asap berkelus dari makanan-makanan China berwarna kabut. Sementara neonsign Pepsi menyala benderang. Kau melihatnya mengibaskan jaket hitamnya yang legam. Dalam hitungan detik, ia sudah duduk di bawah tudung berwarna putih bertuliskan huruf-huruf China sambil memegang secangkir kopi cafe-booth pinggir jalan. Dia seperti seseorang yang kesepian, di sebuah musim dingin dalam sebuah novel. Wajahnya yang putih pucat menampakkan matanya yang sipit, seperti Tionghoa dengan mata kelabu. Ia memakai jaket hitam Prada dan syal Burberry kotak-kotak, langit tampak begitu murung, sementara tangisan tersimpan di ujung-ujung kamar. Ia menuang kopi dan mengebaskan isi cangkirnya di dekat buku kumpulan puisi Rimbaud yang terbuka, lalu kertas-kertas berterbangan di padang-padang rumput, seperti perpustakaan BFI yang sunyi, dan dialog-dialog film berbahasa Perancis dari kejauhan. Bahkan dari nada narasi pun kau akan tahu bahwa itu Godard dan bukan Truffaut. Musim tak juga berganti, seperti juga film-film Tarkovsky. Semua tampak berwarna alumunium. Mengapa kau merasa beberapa benda dibuat oleh perasaan-perasaan tertentu? Kau seperti berada di sebuah iklan Burberry, tampak sedih dan sendirian. Kau sendirian, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Perancis sambil membaca Hanif Khureisi. Ya, dia akan menang Nobel sastra tahun ini."
"Apakah kamu pernah ke Athena? Gedungnya bagus. Letaknya di daerah Kota. Aku ke sana untuk minum alkohol murah dan nonton dangdut. Ia suka dangdut. Oh, well, dia suka cewek-cewek yang nyanyi lagu dangdut di cafe-cafe. Kadang dia ke Asmoro, tapi kalo ngga punya uang, dia pergi ke kota. Dia cakep dan banyak cewek dangdut menyukainya. Dulu, tempat ini pernah diserbu FPI katanya. Mereka menuduhnya sebagai tempat maksiat. Tapi bisnis telah kembali. Orang tidak peduli dengan FPI begitupun aku. Aku dan dia suka nongkrong di Glodok. Ngga ngapa-ngapain, tapi dia suka cerita tentang masa kecilnya. Dia tinggal dari kecil di daerah Glodok. Dia pintar bercerita. Aku pikir dia akan jadi pembuat film yang bagus. Di Glodok, banyak orang-orang China. Setiap malam, di sepanjang jalan di Glodok, orang-orang China mengangkut barang-barang dari dan ke pasar. Tengah malam, distributor DVD bajakan membawa DVD-DVD dari Serang dan Tangerang untuk dijual di belakang pasar. Di pasar Pancoran. makanan-makanan dan permen-permen dari Malaysia didrop ke pedagang-pedagang kecil yang memiliki kotak-kotak untuk jenis permen yang berbeda. Di dekat kuil, pasar dipenuhi dengan pedagang bunga-bunga, sayuran dan ikan-ikan. Jalannya becek dan air comberan menguarkan bau para gelandangan. Setiap pagi, orang-orang China membuka toko-tokonya yang telah menua oleh debu. Beberapa berwarna hitam sisa kebakaran 1998. Pembantu-pembantu dari pelosok Jawa sibuk menyapu dan membersihkan toko sementara cici-cici China berolahraga dengan kostum norak seperti dalam film Tsai Ming Liang. Aku sering ke Glodok untuk membeli DVD bajakan untuk tugas kuliah. Pasar DVD bajakan Glodok katanya yang terbesar. Tempatnya kecil dan udaranya panas. Berbagai jenis dan judul film bisa dibeli di sana, mulai dari film-film seni Korea hingga porno Miyabi Jepang, mulai dari film box-office Indiana Jones sampai VCD-VCD karaoke dangdut dari Panarukan. Semua tersedia dengan harga yang murah. Di dekat pasar, ada mall elektronik yang menjual berbagai peralatan, mulai dari camera, kulkas, mesin cuci hingga TV. Di foodcourt, ada panggung karaoke tempat orang-orang tua China menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan suara menyedihkan. Aku biasa minum jus dan makan pisang goreng Pontianak di sana. Sendirian. Di hari Sabtu.”
Tampaknya itu setahun yang lalu dan ketika minum jus sendirian dan melihat orang-orang tua Tionghoa berkaraoke adalah pekerjaan yang menjengkelkan. Kemarin, ketika hari Minggu berbeda dengan hari-hari Minggu yang lain, ketika aku belum dan tidak ingin mengunjungi temanku yang terkapar di kasur rumah sakit, atau berkumpul bersama teman-teman untuk pergi dan bersenang-senang hingga hari berlanjut malam, aku kembali mengunjunginya.
Lalu cerita berlangsung seperti ini...
"Saat itu hujan di Victoria. Singapura dingin sekali dan titik-titik hujan berjatuhan bagaikan paku-paku menembus tubuh-tubuh. Kau melihatnya berlari menuju tudung-tudung fiber di dekat sayap kiri perpustakaan di depan Seven Eleven. Dari kejauhan, asap berkelus dari makanan-makanan China berwarna kabut. Sementara neonsign Pepsi menyala benderang. Kau melihatnya mengibaskan jaket hitamnya yang legam. Dalam hitungan detik, ia sudah duduk di bawah tudung berwarna putih bertuliskan huruf-huruf China sambil memegang secangkir kopi cafe-booth pinggir jalan. Dia seperti seseorang yang kesepian, di sebuah musim dingin dalam sebuah novel. Wajahnya yang putih pucat menampakkan matanya yang sipit, seperti Tionghoa dengan mata kelabu. Ia memakai jaket hitam Prada dan syal Burberry kotak-kotak, langit tampak begitu murung, sementara tangisan tersimpan di ujung-ujung kamar. Ia menuang kopi dan mengebaskan isi cangkirnya di dekat buku kumpulan puisi Rimbaud yang terbuka, lalu kertas-kertas berterbangan di padang-padang rumput, seperti perpustakaan BFI yang sunyi, dan dialog-dialog film berbahasa Perancis dari kejauhan. Bahkan dari nada narasi pun kau akan tahu bahwa itu Godard dan bukan Truffaut. Musim tak juga berganti, seperti juga film-film Tarkovsky. Semua tampak berwarna alumunium. Mengapa kau merasa beberapa benda dibuat oleh perasaan-perasaan tertentu? Kau seperti berada di sebuah iklan Burberry, tampak sedih dan sendirian. Kau sendirian, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Perancis sambil membaca Hanif Khureisi. Ya, dia akan menang Nobel sastra tahun ini."
17 July 2010
back to the clock!
durasi kosong...
__________________________________________________
aku sendiri, hanya menepi pada sepi
hari ini sinarmu terasa...... PERIH!
tapi arghh...... tetap berdiri... SENDIRI......
kemanakah siang?
oh...... dimanakah itu harapan?
dan saat ini aku tetap terlelap
minggu pagi...
terlalu senggang!
kuharap esok masih menunggu... lagi......
dan setelah ini apa?
apakah akan berharga?
apa makna semua ini......
bisakah kau tertegun lelakiku?
habis...... apalagi?!
...... dan aku telah menyimpan kisahmu
assalamuallaikum......
apa yang telah berharga dan tiada yang lebih indah
dari pada merasuki sinarmu...... di sore waktu......
dan pada akhirnya, aku berjalan pulang ke awal kisah......
back to the clock!
__________________________________________________
aku sendiri, hanya menepi pada sepi
hari ini sinarmu terasa...... PERIH!
tapi arghh...... tetap berdiri... SENDIRI......
kemanakah siang?
oh...... dimanakah itu harapan?
dan saat ini aku tetap terlelap
minggu pagi...
terlalu senggang!
kuharap esok masih menunggu... lagi......
dan setelah ini apa?
apakah akan berharga?
apa makna semua ini......
bisakah kau tertegun lelakiku?
habis...... apalagi?!
...... dan aku telah menyimpan kisahmu
assalamuallaikum......
apa yang telah berharga dan tiada yang lebih indah
dari pada merasuki sinarmu...... di sore waktu......
dan pada akhirnya, aku berjalan pulang ke awal kisah......
back to the clock!
siwaratri atau malam akhir pekan?
Lubdaka, dahulu pergi ke hutan
Manusia sekarang pergi ke cafe atau hotel pinggir kota
Lubdaka, dahulu pergi berburu binatang
Manusia sekarang tetap sama, berburu juga, namun berburu kesenangan!
Lubdaka, dahulu melakukan upawasa (puasa)
Manusia sekarang puasa ngelonin suami atau istri orang
Lubdaka, dahulu melaksanakan jagra (begadang dan meditasi)
Manusia sekarang masih tetap sama begadang, namun karena akal-setan yang gentayangan!
Lubdaka, dahulu pernah melakukan mona brata (puasa ngomong)
Sama juga! Manusia sekarang puasa ngomong karena sibuk goyang-goyang di ranjang
Perjalanan Lubdaka Dahulu Saat Malam Siwa dan Manusia Sekarang Saat Malam Akhir Pekan
Lubdaka dahulu memetik daun bila
Manusia sekarang memetik buah kuldi
Lubdaka dahulu membuang daun bila ke pemujaan Siwa
Manusia sekarang membuang benih anak haram di seprai hotel pinggir kota
Lubdaka dahulu diterima di alam Siwa
Manusia sekarang diterima di alam ??????
Manusia sekarang pergi ke cafe atau hotel pinggir kota
Lubdaka, dahulu pergi berburu binatang
Manusia sekarang tetap sama, berburu juga, namun berburu kesenangan!
Lubdaka, dahulu melakukan upawasa (puasa)
Manusia sekarang puasa ngelonin suami atau istri orang
Lubdaka, dahulu melaksanakan jagra (begadang dan meditasi)
Manusia sekarang masih tetap sama begadang, namun karena akal-setan yang gentayangan!
Lubdaka, dahulu pernah melakukan mona brata (puasa ngomong)
Sama juga! Manusia sekarang puasa ngomong karena sibuk goyang-goyang di ranjang
Perjalanan Lubdaka Dahulu Saat Malam Siwa dan Manusia Sekarang Saat Malam Akhir Pekan
Lubdaka dahulu memetik daun bila
Manusia sekarang memetik buah kuldi
Lubdaka dahulu membuang daun bila ke pemujaan Siwa
Manusia sekarang membuang benih anak haram di seprai hotel pinggir kota
Lubdaka dahulu diterima di alam Siwa
Manusia sekarang diterima di alam ??????
15 July 2010
dalam gelap
dalam gelap, semua terlihat jelas
dalam gelap, segalanya terdengar merdu
dalam gelap, semesta terasa begitu teratur
dalam gelap, terang hanyalah kilau penipu
dalam gelap, segalanya terdengar merdu
dalam gelap, semesta terasa begitu teratur
dalam gelap, terang hanyalah kilau penipu
14 July 2010
pikun
ini sungguh-sungguh dan sangat serius!
maaf kalau saya tidak mengenal betul kalian
saya pasti lupa nama-nama,juga wajah-wajah kalian
maklum jarang berjumpa, malah bisa saja tidak pernah bertatap muka
jangankan hapal seribu nama..
dimana kunci motor ditaruh saja, sudah tidak mengingatnya
ahh! saya memang pikun, tapi masih di batas pikun yang diperkenankan
siapa bilang, pikun itu tidak perlu?
ini masih sungguh-sungguh dan tetap sangat serius!
seandainya pikun nama kalian, itu bisa saya tukar seenaknya
maka saya akan dengan sangat senang hati menukarnya dengan pikun kesalahan kalian
maaf kalau saya tidak mengenal betul kalian
saya pasti lupa nama-nama,juga wajah-wajah kalian
maklum jarang berjumpa, malah bisa saja tidak pernah bertatap muka
jangankan hapal seribu nama..
dimana kunci motor ditaruh saja, sudah tidak mengingatnya
ahh! saya memang pikun, tapi masih di batas pikun yang diperkenankan
siapa bilang, pikun itu tidak perlu?
ini masih sungguh-sungguh dan tetap sangat serius!
seandainya pikun nama kalian, itu bisa saya tukar seenaknya
maka saya akan dengan sangat senang hati menukarnya dengan pikun kesalahan kalian
electricity
11 July 2010
KAFAN!
ucapkan satu kata yang lebih dari erat dari erat!
PELUK. RENGKUH. DEKAP. BALUT. BUNGKUS. sedang talak begitu licin terucap.
ucapkan satu kata yang lebih setia dari setia!
ANAK. NAFAS. DENYUT JANTUNG. BORGOL. PENJARA. sedang kematian begitu tipis tertembus.
jika belatung bukan perkara, persilakan aku meliang-lahat bersamamu.
silakan kamu mengenakanku:
KAFAN!
PELUK. RENGKUH. DEKAP. BALUT. BUNGKUS. sedang talak begitu licin terucap.
ucapkan satu kata yang lebih setia dari setia!
ANAK. NAFAS. DENYUT JANTUNG. BORGOL. PENJARA. sedang kematian begitu tipis tertembus.
jika belatung bukan perkara, persilakan aku meliang-lahat bersamamu.
silakan kamu mengenakanku:
KAFAN!
santaiii... kakak :)
aku mendapatkan beberapa catatan penting dalam pembicaraan setengah serius anak-anak kecil di studio foto, petang lalu.
kusebut setengah serius, karena mereka nampak akan menjalani sesuatu yang serius namun tidak mau terlalu serius. oleh karena itu.. kusebut saja, pembicaraan mereka sebagai pembicaraan setengah serius.
kalau kusebut serius, lantas apa masalah dari seriusnya?
sebaliknya.. jika kusebut tidak serius, mengapa harus kelihatan berbicara serius?
andaikata, aku memutuskan memilih mengambil sebutan pembicaraan serius, aku justru cemas. misalnya nanti, mereka akan memprotesku salah besar. peluang dicap salah besar juga bisa terjadi kalau aku menyebutnya pembicaraan tidak serius. lalu, akulah yang akan jadi korbannya disini. sebab mereka pasti protes, kecewa atau malah bisa marah besar. bisa saja mereka cuma menanggapinya biasa saja, sekadar lewat. nah.. sekarang pertanyaannya, apakah dampaknya padaku? akan serius atau malah tidak serius? kemudian, untuk apa aku memikirkan apa yang mereka bicarakan? apa aku telah menganggapnya serius, karena materinya yang sangat penting atau justru tidak serius tetapi menarik untuk disimak?
larut begitu saja di pikiran-pikiran ini. aku tidak sadar untuk sekian lama. sampai akhirnya, anak-anak kecil itu yang menarikku kembali dari keruwetan serius-tidak serius ini dengan mengatakan "kak, sadar kak! jangan terlalu dipikirkan serius atau tidaknya, bukannya kakak juga ikut ngobrol tadi? sepertinya, kakak sama sekali tidak konsentrasi dengan apa yang dibicarakan. kakak malah terlalu sibuk mereka-reka apa yang terjadi. nikmati saja dengan tidak serius, namun lakoni semuanya dengan serius. dan bukankah seperti itu juga caranya kita menikmati hidup?"
-the end-
kusebut setengah serius, karena mereka nampak akan menjalani sesuatu yang serius namun tidak mau terlalu serius. oleh karena itu.. kusebut saja, pembicaraan mereka sebagai pembicaraan setengah serius.
kalau kusebut serius, lantas apa masalah dari seriusnya?
sebaliknya.. jika kusebut tidak serius, mengapa harus kelihatan berbicara serius?
andaikata, aku memutuskan memilih mengambil sebutan pembicaraan serius, aku justru cemas. misalnya nanti, mereka akan memprotesku salah besar. peluang dicap salah besar juga bisa terjadi kalau aku menyebutnya pembicaraan tidak serius. lalu, akulah yang akan jadi korbannya disini. sebab mereka pasti protes, kecewa atau malah bisa marah besar. bisa saja mereka cuma menanggapinya biasa saja, sekadar lewat. nah.. sekarang pertanyaannya, apakah dampaknya padaku? akan serius atau malah tidak serius? kemudian, untuk apa aku memikirkan apa yang mereka bicarakan? apa aku telah menganggapnya serius, karena materinya yang sangat penting atau justru tidak serius tetapi menarik untuk disimak?
larut begitu saja di pikiran-pikiran ini. aku tidak sadar untuk sekian lama. sampai akhirnya, anak-anak kecil itu yang menarikku kembali dari keruwetan serius-tidak serius ini dengan mengatakan "kak, sadar kak! jangan terlalu dipikirkan serius atau tidaknya, bukannya kakak juga ikut ngobrol tadi? sepertinya, kakak sama sekali tidak konsentrasi dengan apa yang dibicarakan. kakak malah terlalu sibuk mereka-reka apa yang terjadi. nikmati saja dengan tidak serius, namun lakoni semuanya dengan serius. dan bukankah seperti itu juga caranya kita menikmati hidup?"
-the end-
05 July 2010
tanpa judul
dia kembali berseri-seri, pikirannya penuh ide cemerlang tiada batas. dia temukan lagi sesuatu yang sempat hilang beberapa lama lalu. sesuatu yang membuatnya jenuh, lemah, tak bergairah saat tidak ada lagi kawan di larut malam. sesuatu yang tidak bisa dilepas, meski orang-orang meneriakinya bodoh, dungu, gendeng. sesuatu yang membuat dia, menjadi dirinya atau kurang lebih begitu. dirangkulnya kembali miliknya itu. tak pernah dilepas lagi dalam waktu lama seperti masa yang telah lewat. dia merasa benar-benar memaknai hidup dengannya. "aku ingin bersamamu hingga akhir hayat," ujarnya dalam hati. kini, dia terbujur lemah. sesuatu yang dibanggakannya semasa masih sehat, tetap setia menemani, meski tidak lagi bisa dinikmati. "kau menang. hidupku tinggal sebentar lagi, sementara kamu masih tetap segar dan menggoda," bisiknya pada sebungkus rokok, sesaat sebelum ajal menjemput.
Subscribe to:
Posts (Atom)