26 July 2010

berbau amis!

seperti yang kubayangkan sebelumnya, mayat-mayat itu terlalu cepat berbau amis. padahal baru setengah hari ditumpuk begitu saja, sejak pemenggalan terakhir tadi siang.

ohh.. lihatlah, aku paling tidak suka ini. genangan darah di lantai masih saja belum beku. ada saja irisan dari potongan-potongan pucat itu yang masih mengucurkan cairan merah kental dan selalu terbayang di angan-anganku. huhh! tadi, pagi-pagi sekali aku harus bangun untuk menyingkirkan semua imaji yang membuat tidur malamku tak karuan dan mencoba mencucinya agar sementara tidak dapat aku pakai (walaupun aku tak berharap memakainya lagi). sayang tak dapat dipungkiri, percikan darahnya terlalu banyak! ini semua gara-gara ujung celanaku lupa kulipat. sial! ceroboh sekali!

astaga, sekarang baru ingat. aku lupa mengambil air minum. ahh! malas benar, kembali ke ruangan dapur. bukan karena jaraknya, tapi karena harus melewati sel tahanan. ohh.. aku sama sekali tidak tahan melihat raut wajah para tahanan. seperti sudah tidak punya kehidupan. melihat mereka seperti melihat mayat yang sudah dikubur, lantas dikeluarkan kembali buat dipindah ke liang lain.

teriakan tahanan, isak tangis ibu-ibu, bujukan agar aku mengeluarkan mereka setiap kulewat dari perempuan muda. tatapan kosong anak-anak tak bersalah. jeruji-jeruji besi bikin aku tambah merinding. itu bukan sekat penyiksaan. buatku malah mirip peti jenazah yang dihuni mayat sekarat! sebuah perumpamaan yang aku sendiri bingung, apa bisa menggambarkannya dengan tepat. (maaf jika aku salah!)

benar-benar malas kalau harus ke dapur lagi mengambil teko air. lagi-lagi aku ceroboh! kenapa cuma nasi bungkus saja yang aku ingat dan kenapa juga, celana lupa kulipat kemarin siang. aku benar-benar tidak berani melewati ruang tahanan. apalagi sejak kemarin malam, ketika seorang tahanan pria lajang memintaku menghentikan langkah di depan selnya. "dengarkan aku gadis. bantu aku, ahh.. maksudku kami keluar dari sini. kami hanya korban dari perebutan kekuasaan emosional. kami tahu engkau bukan bagian dari mereka. maka dari itu, bantulah kami," kalimat pria itu terus terngiang dengan jelas, sejak terakhir kali diucapkannya di sel. begitu pula saat kukemasi potongan kepalanya ke dalam kantong.

pemandangan dan suasana ruang mayat tetap sama bagiku. cuma sesekali saja nampak berbeda. aku berharap pada hari ini para algojo libur, sehingga pekerjaanku membungkus potongan pucat sekaligus menguburnya, bisa kuhentikan sehari. kala demikian, aku paling hanya membersihkan bercak-bercak di lantai, pinggiran meja, kursi dan jendela. kadang-kadang, noda darah terlalu sulit dibersihkan. harus digosok kuat-kuat. memakai cairan khusus pula. yang tentu saja kalau bawa sedikit, mesti balik lagi ke dapur dengan rute pendeknya yang membuat aku merinding.

hari ini, aku berharap bisa pulang lebih awal. tapi, tetap saja membosankan. entah mengapa, otakku seperti sudah membusuk. apa mungkin akibat bergaul dengan mayat? mana mungkin. bahkan kalau mayat benar-benar berbicara, mereka pasti sulit melakukannya dengan kondisi tidak utuh seperti itu.


....namun sampai aku menulis tulisan ini, aku tetap mencoba menyukai bau amis ini dan aku berharap bau amis yang mengelilingi ruangan segera hilang digantikan oleh bau dari pembersih khusus yang telah aku siram kelantai!

No comments:

Post a Comment

My photo
i don't care what people say, cause i know who i am