07 August 2010

dahulu dan sekarang

Aku baru tahu, hadiah ulang tahun dariku sudah tidak dia rawat dengan baik. Ditaruh di tumpukan kertas-kertas diatas printer tua miliknya, disisi lain ada juga yang tergeletak serampangan di atas meja penuh debu. Ahh..! Tapi mudah sekali rasanya dia beralasan ini itu. Dan menurutku, dia benar. Lagipula, hadiah DVD film-film dan lagu-lagu kesukaannya yang aku bakar menggunakan laptop-ku waktu di kota Yogyakarta dulu, sudah lama jadi miliknya. Dan saat ini sudah menjadi haknya mau diapakan, ya biarkanlah.

Aku senang, paling tidak, dia masih menyimpan hadiah-hadiah dariku, walaupun dia tidak menyimpannya dengan baik. Aku juga senang, senyumnya mengingatkanku akan kejadian-kejadian waktu aku pertama kali mengenalnya di rumah eyangku. Ketika saat itu aku mengerjakan riset di kota Yogyakarta, dan dia ditugaskan oleh advisor-ku untuk menjadi assistant site advisor-ku di kota Yogyakarta. Entah mengapa dia yang terpilih, yang aku tahu kala itu dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang membuat skripsi dan aku sempat berkata dalam hati ”Hahha.. sial sekali dia harus menjadi assistant site advisor-ku disini.” Gaya rambutnya? Ahh..! Masih saja sama. Panjang, nanggung dan berantakan. Aku suka memanggilnya "Gembel Bau!" hahha.. Cara berpakaiannya pun tidak ada yang berubah, masih suka memakai jeans kusam, kaos oblong, sesekali dipadukan dengan jacket warna gelap. Dia lebih suka memakai sepatu converse belelnya daripada sendal. Kebiasaannya yang malas menata rambut juga tetap bertahan. Caranya mengendarai motor itu pun masih tetap sama, serampangan. Berulang kali aku singgah ke kota Yogyakarta, aku selalu mengurungkan niat untuk bertemu dengannya, namun tidak kali ini. Entah mengapa aku lebih memilih untuk menghubungi dan bertemu dengannya untuk menemaniku mengelilingi objek wisata Yogyakarta, yang sebenarnya sudah aku hafal sejak aku duduk dibangku sekolah dasar; dibanding aku berjumpa dengan teman-temanku dan menghabiskan hari-hari serta menggila seperti biasanya ketika aku berada disana.

Selama perjalanan mengelilingi objek wisata di kota Yogyakarta, kami masih suka bercerita hal-hal bodoh sewaktu Dia menjadi assistant site advisor-ku dalam membuat riset dan juga sebagai guide relawan yang mengantarkanku keliling kota Yogyakarta hanya dengan bayaran nasi angkringan. Misalnya saat aku lupa menyalin isi risetku kedalam kertas kerja yang menjadi dasar penemuan risetku dan terselip entah dimana, sehingga aku harus kembali ketempat riset dan mengulangnya dari awal. Sementara dirinya, harus membuat report tentang diriku setiap harinya dan tidak tahu harus menulis apa jika aku tidak memiliki hasil pada kertas kerjaku. Lalu kami tidak benar-benar mengerjakan tugas kami, aku justru berkata sambil berjalan kearah motor "Hey.. Begini saja, jangan buang waktu. Ayo kita pergi sekarang dan kamu harus antar aku untuk melihat-lihat proses pembuatan perak.” Belum juga dia menjawab ajakanku, aku sudah siap diatas motor lengkap dengan helmet yang terpasang dikepalaku. Dan Dia menghampiriku ke motor dengan senyum sambil melirikku jahil. Sehari itu pun kami hanya berkeliling kota Yogyakarta tanpa mengerjakan tugas kami. Hahha.. Sungguh menyenangkan rasanya ketika kami saling mengingat masa-masa kenakalan kami saat itu.
Terakhir kali senyumnya masih sama, seperti dulu waktu aku pertama kali mengenalnya di daerah Kadipaten Lor, kota Yogyakarta tiga tahun lalu. Adalah saat Dia menjemputku di Bandara Adisucipto. Itu senyum yang kuingat betul dari seseorang yang kukenal dengan baik. Seorang laki-laki yang dengan bangga aku sebut sebagai pacar kala itu. Sekarang aku harus cepat-cepat berkemas. Kereta berangkat jam 20.45 WIB hari ini dari Stasiun Tugu. Dan waktunya sudah mepet, tidak ada waktu buat basa-basi lagi atau mengenang romantisme masa lalu.

Aku berpamitan pada semua anggota keluarganya yang ada di rumah. mengucapkan terima kasih kepada seorang ibu cantik yang dengan susah payah menambah porsi masakan selama tiga hari ini. Kepada seorang ayah yang gagah di umur yang sudah tidak lagi muda, yang dengan serius menanyakan kabar keluargaku di Jakarta. Kakak dan adik kecilnya yang suka selalu menanyakan apakah kami sudah makan atau belum. Dan tentu saja yang paling khusus, ucapan terimakasih dan pamit kepadanya yang selalu ada buatku selama liburan ini. Lalu, ketika aku bergegas untuk masuk ke bordes keretaku, Dia.. melepasku dengan pelukan dan senyum yang baru, senyum seorang sahabat.

No comments:

Post a Comment

My photo
i don't care what people say, cause i know who i am