Dari sebuah kertas bernama kelabu..
"Apakah kamu pernah ke Athena? Gedungnya bagus. Letaknya di daerah Kota. Aku ke sana untuk minum alkohol murah dan nonton dangdut. Ia suka dangdut. Oh, well, dia suka cewek-cewek yang nyanyi lagu dangdut di cafe-cafe. Kadang dia ke Asmoro, tapi kalo ngga punya uang, dia pergi ke kota. Dia cakep dan banyak cewek dangdut menyukainya. Dulu, tempat ini pernah diserbu FPI katanya. Mereka menuduhnya sebagai tempat maksiat. Tapi bisnis telah kembali. Orang tidak peduli dengan FPI begitupun aku. Aku dan dia suka nongkrong di Glodok. Ngga ngapa-ngapain, tapi dia suka cerita tentang masa kecilnya. Dia tinggal dari kecil di daerah Glodok. Dia pintar bercerita. Aku pikir dia akan jadi pembuat film yang bagus. Di Glodok, banyak orang-orang China. Setiap malam, di sepanjang jalan di Glodok, orang-orang China mengangkut barang-barang dari dan ke pasar. Tengah malam, distributor DVD bajakan membawa DVD-DVD dari Serang dan Tangerang untuk dijual di belakang pasar. Di pasar Pancoran. makanan-makanan dan permen-permen dari Malaysia didrop ke pedagang-pedagang kecil yang memiliki kotak-kotak untuk jenis permen yang berbeda. Di dekat kuil, pasar dipenuhi dengan pedagang bunga-bunga, sayuran dan ikan-ikan. Jalannya becek dan air comberan menguarkan bau para gelandangan. Setiap pagi, orang-orang China membuka toko-tokonya yang telah menua oleh debu. Beberapa berwarna hitam sisa kebakaran 1998. Pembantu-pembantu dari pelosok Jawa sibuk menyapu dan membersihkan toko sementara cici-cici China berolahraga dengan kostum norak seperti dalam film Tsai Ming Liang. Aku sering ke Glodok untuk membeli DVD bajakan untuk tugas kuliah. Pasar DVD bajakan Glodok katanya yang terbesar. Tempatnya kecil dan udaranya panas. Berbagai jenis dan judul film bisa dibeli di sana, mulai dari film-film seni Korea hingga porno Miyabi Jepang, mulai dari film box-office Indiana Jones sampai VCD-VCD karaoke dangdut dari Panarukan. Semua tersedia dengan harga yang murah. Di dekat pasar, ada mall elektronik yang menjual berbagai peralatan, mulai dari camera, kulkas, mesin cuci hingga TV. Di foodcourt, ada panggung karaoke tempat orang-orang tua China menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan suara menyedihkan. Aku biasa minum jus dan makan pisang goreng Pontianak di sana. Sendirian. Di hari Sabtu.”
Tampaknya itu setahun yang lalu dan ketika minum jus sendirian dan melihat orang-orang tua Tionghoa berkaraoke adalah pekerjaan yang menjengkelkan. Kemarin, ketika hari Minggu berbeda dengan hari-hari Minggu yang lain, ketika aku belum dan tidak ingin mengunjungi temanku yang terkapar di kasur rumah sakit, atau berkumpul bersama teman-teman untuk pergi dan bersenang-senang hingga hari berlanjut malam, aku kembali mengunjunginya.
Lalu cerita berlangsung seperti ini...
"Saat itu hujan di Victoria. Singapura dingin sekali dan titik-titik hujan berjatuhan bagaikan paku-paku menembus tubuh-tubuh. Kau melihatnya berlari menuju tudung-tudung fiber di dekat sayap kiri perpustakaan di depan Seven Eleven. Dari kejauhan, asap berkelus dari makanan-makanan China berwarna kabut. Sementara neonsign Pepsi menyala benderang. Kau melihatnya mengibaskan jaket hitamnya yang legam. Dalam hitungan detik, ia sudah duduk di bawah tudung berwarna putih bertuliskan huruf-huruf China sambil memegang secangkir kopi cafe-booth pinggir jalan. Dia seperti seseorang yang kesepian, di sebuah musim dingin dalam sebuah novel. Wajahnya yang putih pucat menampakkan matanya yang sipit, seperti Tionghoa dengan mata kelabu. Ia memakai jaket hitam Prada dan syal Burberry kotak-kotak, langit tampak begitu murung, sementara tangisan tersimpan di ujung-ujung kamar. Ia menuang kopi dan mengebaskan isi cangkirnya di dekat buku kumpulan puisi Rimbaud yang terbuka, lalu kertas-kertas berterbangan di padang-padang rumput, seperti perpustakaan BFI yang sunyi, dan dialog-dialog film berbahasa Perancis dari kejauhan. Bahkan dari nada narasi pun kau akan tahu bahwa itu Godard dan bukan Truffaut. Musim tak juga berganti, seperti juga film-film Tarkovsky. Semua tampak berwarna alumunium. Mengapa kau merasa beberapa benda dibuat oleh perasaan-perasaan tertentu? Kau seperti berada di sebuah iklan Burberry, tampak sedih dan sendirian. Kau sendirian, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Perancis sambil membaca Hanif Khureisi. Ya, dia akan menang Nobel sastra tahun ini."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment