27 August 2010
namaku iblis
Hidup dalam beberapa zaman. Sudah berapa banyak masa berganti. Percayalah, zaman di kehidupanmu inilah yang paling menyenangkan buatku.
Dulu, tiap manusia hidup berdampingan saling menghormati. Tak ada benda apapun di dunia ini disebut harta. Karena harta tak lain berupa nilai persahabatan dan persaudaraan. Kau tak dapat mencurinya, karena harta macam itu jauh dari rasa iri juga dengki.
Tiap orang saling menyapa. Mengumbar senyum dan sapaan ramah. Tiap orang merasa bahwa dirinya bagian dari orang lain. Jadi, mustahil untuk saling menyakiti.
Bahkan kalaupun terjadi perselisihan, masih terdapat banyak penghormatan dan memaafkan. Tidak ada pedang, bedil atau tank baja, sebab introspeksi diri menjadi senjata satu-satunya.
Dulu, perempuan dimuliakan. Diberikan tempat paling teduh diantara terik mentari. Perempuan adalah ibu. Penjaga benih-benih kehidupan abadi. Mereka dijaga oleh semesta, dimana tak seorang lelaki pun berani berhasrat nista pada mereka.
Demikian pula lelaki di zamanku dulu. Mereka terhormat. Hanya berpihak pada kebenaran yang hakiki. Kata-kata mereka adalah candu perbuatannya. Tidak ada ingkar terucap. Lalu, mereka juga menjunjung tinggi kesetiaan.
Raja kami adil bijaksana. Titahnya, suara nurani rakyat. Kebijaksanaannya tumbuh dari tuturan para ibu. Kesaktiannya muncul dari polah para ayah utama.
Dulu kami ber-Tuhan satu. Hanya satu, tetapi Dia mampu menaungi seluruh manusia dalam kedamaian.
Tidak seperti kalian sekarang. Tuhan kalian banyak, tapi kasihnya hanya rekaan diri sendiri.
Namaku Iblis, dan aku nyaman hidup di duniamu kini.
07 August 2010
dahulu dan sekarang
Aku senang, paling tidak, dia masih menyimpan hadiah-hadiah dariku, walaupun dia tidak menyimpannya dengan baik. Aku juga senang, senyumnya mengingatkanku akan kejadian-kejadian waktu aku pertama kali mengenalnya di rumah eyangku. Ketika saat itu aku mengerjakan riset di kota Yogyakarta, dan dia ditugaskan oleh advisor-ku untuk menjadi assistant site advisor-ku di kota Yogyakarta. Entah mengapa dia yang terpilih, yang aku tahu kala itu dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang membuat skripsi dan aku sempat berkata dalam hati ”Hahha.. sial sekali dia harus menjadi assistant site advisor-ku disini.” Gaya rambutnya? Ahh..! Masih saja sama. Panjang, nanggung dan berantakan. Aku suka memanggilnya "Gembel Bau!" hahha.. Cara berpakaiannya pun tidak ada yang berubah, masih suka memakai jeans kusam, kaos oblong, sesekali dipadukan dengan jacket warna gelap. Dia lebih suka memakai sepatu converse belelnya daripada sendal. Kebiasaannya yang malas menata rambut juga tetap bertahan. Caranya mengendarai motor itu pun masih tetap sama, serampangan. Berulang kali aku singgah ke kota Yogyakarta, aku selalu mengurungkan niat untuk bertemu dengannya, namun tidak kali ini. Entah mengapa aku lebih memilih untuk menghubungi dan bertemu dengannya untuk menemaniku mengelilingi objek wisata Yogyakarta, yang sebenarnya sudah aku hafal sejak aku duduk dibangku sekolah dasar; dibanding aku berjumpa dengan teman-temanku dan menghabiskan hari-hari serta menggila seperti biasanya ketika aku berada disana.
Selama perjalanan mengelilingi objek wisata di kota Yogyakarta, kami masih suka bercerita hal-hal bodoh sewaktu Dia menjadi assistant site advisor-ku dalam membuat riset dan juga sebagai guide relawan yang mengantarkanku keliling kota Yogyakarta hanya dengan bayaran nasi angkringan. Misalnya saat aku lupa menyalin isi risetku kedalam kertas kerja yang menjadi dasar penemuan risetku dan terselip entah dimana, sehingga aku harus kembali ketempat riset dan mengulangnya dari awal. Sementara dirinya, harus membuat report tentang diriku setiap harinya dan tidak tahu harus menulis apa jika aku tidak memiliki hasil pada kertas kerjaku. Lalu kami tidak benar-benar mengerjakan tugas kami, aku justru berkata sambil berjalan kearah motor "Hey.. Begini saja, jangan buang waktu. Ayo kita pergi sekarang dan kamu harus antar aku untuk melihat-lihat proses pembuatan perak.” Belum juga dia menjawab ajakanku, aku sudah siap diatas motor lengkap dengan helmet yang terpasang dikepalaku. Dan Dia menghampiriku ke motor dengan senyum sambil melirikku jahil. Sehari itu pun kami hanya berkeliling kota Yogyakarta tanpa mengerjakan tugas kami. Hahha.. Sungguh menyenangkan rasanya ketika kami saling mengingat masa-masa kenakalan kami saat itu.
Terakhir kali senyumnya masih sama, seperti dulu waktu aku pertama kali mengenalnya di daerah Kadipaten Lor, kota Yogyakarta tiga tahun lalu. Adalah saat Dia menjemputku di Bandara Adisucipto. Itu senyum yang kuingat betul dari seseorang yang kukenal dengan baik. Seorang laki-laki yang dengan bangga aku sebut sebagai pacar kala itu. Sekarang aku harus cepat-cepat berkemas. Kereta berangkat jam 20.45 WIB hari ini dari Stasiun Tugu. Dan waktunya sudah mepet, tidak ada waktu buat basa-basi lagi atau mengenang romantisme masa lalu.
Aku berpamitan pada semua anggota keluarganya yang ada di rumah. mengucapkan terima kasih kepada seorang ibu cantik yang dengan susah payah menambah porsi masakan selama tiga hari ini. Kepada seorang ayah yang gagah di umur yang sudah tidak lagi muda, yang dengan serius menanyakan kabar keluargaku di Jakarta. Kakak dan adik kecilnya yang suka selalu menanyakan apakah kami sudah makan atau belum. Dan tentu saja yang paling khusus, ucapan terimakasih dan pamit kepadanya yang selalu ada buatku selama liburan ini. Lalu, ketika aku bergegas untuk masuk ke bordes keretaku, Dia.. melepasku dengan pelukan dan senyum yang baru, senyum seorang sahabat.
26 July 2010
berbau amis!
ohh.. lihatlah, aku paling tidak suka ini. genangan darah di lantai masih saja belum beku. ada saja irisan dari potongan-potongan pucat itu yang masih mengucurkan cairan merah kental dan selalu terbayang di angan-anganku. huhh! tadi, pagi-pagi sekali aku harus bangun untuk menyingkirkan semua imaji yang membuat tidur malamku tak karuan dan mencoba mencucinya agar sementara tidak dapat aku pakai (walaupun aku tak berharap memakainya lagi). sayang tak dapat dipungkiri, percikan darahnya terlalu banyak! ini semua gara-gara ujung celanaku lupa kulipat. sial! ceroboh sekali!
astaga, sekarang baru ingat. aku lupa mengambil air minum. ahh! malas benar, kembali ke ruangan dapur. bukan karena jaraknya, tapi karena harus melewati sel tahanan. ohh.. aku sama sekali tidak tahan melihat raut wajah para tahanan. seperti sudah tidak punya kehidupan. melihat mereka seperti melihat mayat yang sudah dikubur, lantas dikeluarkan kembali buat dipindah ke liang lain.
teriakan tahanan, isak tangis ibu-ibu, bujukan agar aku mengeluarkan mereka setiap kulewat dari perempuan muda. tatapan kosong anak-anak tak bersalah. jeruji-jeruji besi bikin aku tambah merinding. itu bukan sekat penyiksaan. buatku malah mirip peti jenazah yang dihuni mayat sekarat! sebuah perumpamaan yang aku sendiri bingung, apa bisa menggambarkannya dengan tepat. (maaf jika aku salah!)
benar-benar malas kalau harus ke dapur lagi mengambil teko air. lagi-lagi aku ceroboh! kenapa cuma nasi bungkus saja yang aku ingat dan kenapa juga, celana lupa kulipat kemarin siang. aku benar-benar tidak berani melewati ruang tahanan. apalagi sejak kemarin malam, ketika seorang tahanan pria lajang memintaku menghentikan langkah di depan selnya. "dengarkan aku gadis. bantu aku, ahh.. maksudku kami keluar dari sini. kami hanya korban dari perebutan kekuasaan emosional. kami tahu engkau bukan bagian dari mereka. maka dari itu, bantulah kami," kalimat pria itu terus terngiang dengan jelas, sejak terakhir kali diucapkannya di sel. begitu pula saat kukemasi potongan kepalanya ke dalam kantong.
pemandangan dan suasana ruang mayat tetap sama bagiku. cuma sesekali saja nampak berbeda. aku berharap pada hari ini para algojo libur, sehingga pekerjaanku membungkus potongan pucat sekaligus menguburnya, bisa kuhentikan sehari. kala demikian, aku paling hanya membersihkan bercak-bercak di lantai, pinggiran meja, kursi dan jendela. kadang-kadang, noda darah terlalu sulit dibersihkan. harus digosok kuat-kuat. memakai cairan khusus pula. yang tentu saja kalau bawa sedikit, mesti balik lagi ke dapur dengan rute pendeknya yang membuat aku merinding.
hari ini, aku berharap bisa pulang lebih awal. tapi, tetap saja membosankan. entah mengapa, otakku seperti sudah membusuk. apa mungkin akibat bergaul dengan mayat? mana mungkin. bahkan kalau mayat benar-benar berbicara, mereka pasti sulit melakukannya dengan kondisi tidak utuh seperti itu.
....namun sampai aku menulis tulisan ini, aku tetap mencoba menyukai bau amis ini dan aku berharap bau amis yang mengelilingi ruangan segera hilang digantikan oleh bau dari pembersih khusus yang telah aku siram kelantai!
22 July 2010
renungan disudut stasiun kota

guyuran air yang sama segarnya..
wajah-wajah yang sama kukenalnya..
jerit tawa....
rentetan rapi kata....
gemuruh kereta....
ahh! semua SAMA...............!!
namun apa yang BERBEDA?
hahha.. hari ini SAMA!!
penuh CINTA dalam berbagai WARNA..

besok warna apa lagi ya?
terima kasih kawan-kawan,
kau yang kukenal..
kau yang belum kukenal..
kalian semua telah membuat hariku SAMA!!
penuh CINTA...............
yupp!! aku tak akan pernah PEDULI lagi..
besok akan menjadi warna apa.. :P
19 July 2010
From Sunday Afternoon
"Apakah kamu pernah ke Athena? Gedungnya bagus. Letaknya di daerah Kota. Aku ke sana untuk minum alkohol murah dan nonton dangdut. Ia suka dangdut. Oh, well, dia suka cewek-cewek yang nyanyi lagu dangdut di cafe-cafe. Kadang dia ke Asmoro, tapi kalo ngga punya uang, dia pergi ke kota. Dia cakep dan banyak cewek dangdut menyukainya. Dulu, tempat ini pernah diserbu FPI katanya. Mereka menuduhnya sebagai tempat maksiat. Tapi bisnis telah kembali. Orang tidak peduli dengan FPI begitupun aku. Aku dan dia suka nongkrong di Glodok. Ngga ngapa-ngapain, tapi dia suka cerita tentang masa kecilnya. Dia tinggal dari kecil di daerah Glodok. Dia pintar bercerita. Aku pikir dia akan jadi pembuat film yang bagus. Di Glodok, banyak orang-orang China. Setiap malam, di sepanjang jalan di Glodok, orang-orang China mengangkut barang-barang dari dan ke pasar. Tengah malam, distributor DVD bajakan membawa DVD-DVD dari Serang dan Tangerang untuk dijual di belakang pasar. Di pasar Pancoran. makanan-makanan dan permen-permen dari Malaysia didrop ke pedagang-pedagang kecil yang memiliki kotak-kotak untuk jenis permen yang berbeda. Di dekat kuil, pasar dipenuhi dengan pedagang bunga-bunga, sayuran dan ikan-ikan. Jalannya becek dan air comberan menguarkan bau para gelandangan. Setiap pagi, orang-orang China membuka toko-tokonya yang telah menua oleh debu. Beberapa berwarna hitam sisa kebakaran 1998. Pembantu-pembantu dari pelosok Jawa sibuk menyapu dan membersihkan toko sementara cici-cici China berolahraga dengan kostum norak seperti dalam film Tsai Ming Liang. Aku sering ke Glodok untuk membeli DVD bajakan untuk tugas kuliah. Pasar DVD bajakan Glodok katanya yang terbesar. Tempatnya kecil dan udaranya panas. Berbagai jenis dan judul film bisa dibeli di sana, mulai dari film-film seni Korea hingga porno Miyabi Jepang, mulai dari film box-office Indiana Jones sampai VCD-VCD karaoke dangdut dari Panarukan. Semua tersedia dengan harga yang murah. Di dekat pasar, ada mall elektronik yang menjual berbagai peralatan, mulai dari camera, kulkas, mesin cuci hingga TV. Di foodcourt, ada panggung karaoke tempat orang-orang tua China menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan suara menyedihkan. Aku biasa minum jus dan makan pisang goreng Pontianak di sana. Sendirian. Di hari Sabtu.”
Tampaknya itu setahun yang lalu dan ketika minum jus sendirian dan melihat orang-orang tua Tionghoa berkaraoke adalah pekerjaan yang menjengkelkan. Kemarin, ketika hari Minggu berbeda dengan hari-hari Minggu yang lain, ketika aku belum dan tidak ingin mengunjungi temanku yang terkapar di kasur rumah sakit, atau berkumpul bersama teman-teman untuk pergi dan bersenang-senang hingga hari berlanjut malam, aku kembali mengunjunginya.
Lalu cerita berlangsung seperti ini...
"Saat itu hujan di Victoria. Singapura dingin sekali dan titik-titik hujan berjatuhan bagaikan paku-paku menembus tubuh-tubuh. Kau melihatnya berlari menuju tudung-tudung fiber di dekat sayap kiri perpustakaan di depan Seven Eleven. Dari kejauhan, asap berkelus dari makanan-makanan China berwarna kabut. Sementara neonsign Pepsi menyala benderang. Kau melihatnya mengibaskan jaket hitamnya yang legam. Dalam hitungan detik, ia sudah duduk di bawah tudung berwarna putih bertuliskan huruf-huruf China sambil memegang secangkir kopi cafe-booth pinggir jalan. Dia seperti seseorang yang kesepian, di sebuah musim dingin dalam sebuah novel. Wajahnya yang putih pucat menampakkan matanya yang sipit, seperti Tionghoa dengan mata kelabu. Ia memakai jaket hitam Prada dan syal Burberry kotak-kotak, langit tampak begitu murung, sementara tangisan tersimpan di ujung-ujung kamar. Ia menuang kopi dan mengebaskan isi cangkirnya di dekat buku kumpulan puisi Rimbaud yang terbuka, lalu kertas-kertas berterbangan di padang-padang rumput, seperti perpustakaan BFI yang sunyi, dan dialog-dialog film berbahasa Perancis dari kejauhan. Bahkan dari nada narasi pun kau akan tahu bahwa itu Godard dan bukan Truffaut. Musim tak juga berganti, seperti juga film-film Tarkovsky. Semua tampak berwarna alumunium. Mengapa kau merasa beberapa benda dibuat oleh perasaan-perasaan tertentu? Kau seperti berada di sebuah iklan Burberry, tampak sedih dan sendirian. Kau sendirian, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Perancis sambil membaca Hanif Khureisi. Ya, dia akan menang Nobel sastra tahun ini."
17 July 2010
back to the clock!
__________________________________________________
aku sendiri, hanya menepi pada sepi
hari ini sinarmu terasa...... PERIH!
tapi arghh...... tetap berdiri... SENDIRI......
kemanakah siang?
oh...... dimanakah itu harapan?
dan saat ini aku tetap terlelap
minggu pagi...
terlalu senggang!
kuharap esok masih menunggu... lagi......
dan setelah ini apa?
apakah akan berharga?
apa makna semua ini......
bisakah kau tertegun lelakiku?
habis...... apalagi?!
...... dan aku telah menyimpan kisahmu
assalamuallaikum......
apa yang telah berharga dan tiada yang lebih indah
dari pada merasuki sinarmu...... di sore waktu......
dan pada akhirnya, aku berjalan pulang ke awal kisah......
back to the clock!
siwaratri atau malam akhir pekan?
Manusia sekarang pergi ke cafe atau hotel pinggir kota
Lubdaka, dahulu pergi berburu binatang
Manusia sekarang tetap sama, berburu juga, namun berburu kesenangan!
Lubdaka, dahulu melakukan upawasa (puasa)
Manusia sekarang puasa ngelonin suami atau istri orang
Lubdaka, dahulu melaksanakan jagra (begadang dan meditasi)
Manusia sekarang masih tetap sama begadang, namun karena akal-setan yang gentayangan!
Lubdaka, dahulu pernah melakukan mona brata (puasa ngomong)
Sama juga! Manusia sekarang puasa ngomong karena sibuk goyang-goyang di ranjang
Perjalanan Lubdaka Dahulu Saat Malam Siwa dan Manusia Sekarang Saat Malam Akhir Pekan
Lubdaka dahulu memetik daun bila
Manusia sekarang memetik buah kuldi
Lubdaka dahulu membuang daun bila ke pemujaan Siwa
Manusia sekarang membuang benih anak haram di seprai hotel pinggir kota
Lubdaka dahulu diterima di alam Siwa
Manusia sekarang diterima di alam ??????
15 July 2010
dalam gelap
dalam gelap, segalanya terdengar merdu
dalam gelap, semesta terasa begitu teratur
dalam gelap, terang hanyalah kilau penipu
14 July 2010
pikun
maaf kalau saya tidak mengenal betul kalian
saya pasti lupa nama-nama,juga wajah-wajah kalian
maklum jarang berjumpa, malah bisa saja tidak pernah bertatap muka
jangankan hapal seribu nama..
dimana kunci motor ditaruh saja, sudah tidak mengingatnya
ahh! saya memang pikun, tapi masih di batas pikun yang diperkenankan
siapa bilang, pikun itu tidak perlu?
ini masih sungguh-sungguh dan tetap sangat serius!
seandainya pikun nama kalian, itu bisa saya tukar seenaknya
maka saya akan dengan sangat senang hati menukarnya dengan pikun kesalahan kalian
electricity
11 July 2010
KAFAN!
PELUK. RENGKUH. DEKAP. BALUT. BUNGKUS. sedang talak begitu licin terucap.
ucapkan satu kata yang lebih setia dari setia!
ANAK. NAFAS. DENYUT JANTUNG. BORGOL. PENJARA. sedang kematian begitu tipis tertembus.
jika belatung bukan perkara, persilakan aku meliang-lahat bersamamu.
silakan kamu mengenakanku:
KAFAN!
santaiii... kakak :)
kusebut setengah serius, karena mereka nampak akan menjalani sesuatu yang serius namun tidak mau terlalu serius. oleh karena itu.. kusebut saja, pembicaraan mereka sebagai pembicaraan setengah serius.
kalau kusebut serius, lantas apa masalah dari seriusnya?
sebaliknya.. jika kusebut tidak serius, mengapa harus kelihatan berbicara serius?
andaikata, aku memutuskan memilih mengambil sebutan pembicaraan serius, aku justru cemas. misalnya nanti, mereka akan memprotesku salah besar. peluang dicap salah besar juga bisa terjadi kalau aku menyebutnya pembicaraan tidak serius. lalu, akulah yang akan jadi korbannya disini. sebab mereka pasti protes, kecewa atau malah bisa marah besar. bisa saja mereka cuma menanggapinya biasa saja, sekadar lewat. nah.. sekarang pertanyaannya, apakah dampaknya padaku? akan serius atau malah tidak serius? kemudian, untuk apa aku memikirkan apa yang mereka bicarakan? apa aku telah menganggapnya serius, karena materinya yang sangat penting atau justru tidak serius tetapi menarik untuk disimak?
larut begitu saja di pikiran-pikiran ini. aku tidak sadar untuk sekian lama. sampai akhirnya, anak-anak kecil itu yang menarikku kembali dari keruwetan serius-tidak serius ini dengan mengatakan "kak, sadar kak! jangan terlalu dipikirkan serius atau tidaknya, bukannya kakak juga ikut ngobrol tadi? sepertinya, kakak sama sekali tidak konsentrasi dengan apa yang dibicarakan. kakak malah terlalu sibuk mereka-reka apa yang terjadi. nikmati saja dengan tidak serius, namun lakoni semuanya dengan serius. dan bukankah seperti itu juga caranya kita menikmati hidup?"
-the end-
05 July 2010
tanpa judul
24 May 2010
aksara
tersodor selembar ijazah dengan catatan ekstra dalam huruf tebal cum laude. dilihat sekilas, lalu kembali bertatap wajah.
"ini satu lagi."
tangan menyerahkan rekening koran, tercetak berlembar-lembar. tak lama kemudian kembali melihat kedepan.
"dan satu lagi.. supaya lengkap."
diambilnya dua lembar foto dari dalam buku agenda. satunya balita dan yang lain lelaki muda.
akhirnya mereka berdua duduk menghadap kearah yang sama, tidak menyesal karena bahkan tidak berharap.
"ini semua karena rasa syukur, dan kamu pantas mendapatkannya."
tidak ada tetes airmata. posisi duduk mereka berdua masih sama.
"sudah saatnya berhenti berpikir bisa memiliki semua."
hanya bibir yang bergerak dan pelepah pisang yang bergoyang. semua tampak biasa.
"hanya satu bantuan."
akhirnya kepala tidak lagi menatap kedepan, menoleh.
"kenalkan aku."
tak memakan waktu lama hingga akhirnya kembali menatap kedepan. seekor kucing melintas.
"setia."
hitungan detik langit menjadi gelap. rupanya sudah malam. taman dengan kursi duduk menjadi stasiun kereta. bocah lusuh menawarkan semir sepatu. dikeluarkannya uang tidak sedikit. dilepasnya selop kayu. meski tidak bisa disemir. bocah kaget. dan empat pengumuman kereta terlambat. poni kleopatranya dihembus angin. hitungan detik langit menjadi terang. mereka sudah diruang tunggu pegadilan. masih menatap kedepan. dua ibu memaki petugas. bocah semir kembali datang. tersodor lagi uang dan selop kayu. bocah kaget. langit kembali gelap. kursi duduk dihadapan penjagalan sapi. bocah tidak berubah kembali bertanya. kembali uang keluar. kembali kaget. selop kembali tidak berguna terhadap semir.
"dimana setia?"
akhirnya setelah lama ia bertanya. dalam setiap hembusan angin memainkan poni, mereka berdua tidak lagi berada ditempat yang sama. sisanya sama ibu berselop kayu, perempuan dan satu bocah lusuh. pembicaraan terus berlangsung dalam diam dalam satuan waktu tak terkatakan. diambil ijazah dan ditaruh dipaling atas.
"katanya akal budi."
poninya sedikit berubah. kini berada diruang tunggu penjahit terkenal dari india. semua sibuk sementara diluar bocah lusuh memandang kedalam. menempel kedua tangan dikaca. udara dari hidung mengembun. uang diambil namun ia diluar tak kuasa masuk. selop dilepas dan langit merah. rekening koran sekarang sudah diatas ijazah. bocah menutup matanya. ternyata poninya bergerak. langit begitu gelap. tidak ada sesal dipondok pelataran kuburan.
"katanya strategi."
begitu semayup. alang-alang kekiri kekanan. poni tidak berubah. putri malu dan jangkrik. nisan dan gundukan. duduk tidak berubah. langit memasang bintang sehingga sedikit terang. tak kunjung terlihat bocah lusuh. sementara selop dan uang sudah begitu siap. tidak ada yang tahu berapa lama. tidak ada yang tahu. wajah lelaki sekarang ada diatas rekening koran.
"katanya intuisi."
ada cahaya diujung kubur tanpa nama. udara mampu menggeser satu anak rambut dari dahi. dan temaram. anak kecil perlahan membuat kubur semakin terang. petromaks. tanpa semir ia berjalan sendirian. kembali uang dan selop diserahkan. bocah lusuh kaget. petromaks mati dan poni tertiup. wajah balita kini menutup foto lelaki. terang benderang dipinggir jalan.
"katanya cinta."
perempuan dan ibu berselop kayu masih menatap kedepan. sebuah warung menghadap danau. dibelakang mereka banyak bocah lusuh. selop dan uang bukan yang diinginkan. tak satupun menghampiri. danau terlihat begitu kotor. perempuan menoleh, ibu menyambut. tersenyum. kerumunan kisruh. dibelakang tempat mereka duduk, diatas aspal tergeletak ibu tak lagi mengenakan selop. poninya bergerak gerak tanpa angin. ada ijazah, rekening koran, dua lembar foto dan darah. petugas datang. ibu dan perempuan masih menatap danau yang sama. kali ini dengan senyum.
26 April 2010
my dedication
Aku tau Kau tak pernah mengharapkan darah kotorku setetes pun
Aku tau Kau tidak pernah menginginkan secuil dagingku yang pahit ini
Aku tau Kau tak pernah meminta penggalan kepalaku hanya untuk dijadikan caru persembahan
Aku tidak pernah tau apa yang Kau inginkan dariku
Yang aku yakini Kau hanya memastikan HukumMu berjalan dengan semestinya
Aku juga yakin, Kau tidak perlu apapun bahkan disembah sekalipun
Yang aku percaya, Kau tidak butuh apapun, selain diingat olehku
Supaya aku sadar, kesucianMu begitu jauh dari jangkauanku saat sekarang
Untuk itu, aku akan persembahkan segala hasil perbuatanku tanpa syarat KepadaMu,
Tuhanku...
07 March 2010
gigolo perjaka
berlari bagaikan anak kecil yang merindukan dekapan sang ibu
14 February 2010
coklat berbungkus merah muda
17 January 2010
KEMATIAN

KEMATIAN. satu hal yang sangat dekat dengan semua individu di dunia, tetapi mengapa seumur hayat setiap individu mencoba untuk menghapus kebenaran dari sebuah KEMATIAN? Sidharta Gautama sejak kecil dilarang oleh orangtuanya untuk melihat atau berpapasan oleh orang yang sudah meninggal, orang yang sedang sakit, dan orang miskin. namun setelah melihat ketiganya, Sidharta bisa kemudian berkembang dengan sebuah ajaran yang sampai sekarang masih sangat dipuja oleh mungkin sekitar sepertiga dari penduduk dunia. melihat kematian bukanlah suatu hal yang sangat buruk. jujur, gue sendiri baru melihat satu kali seumur hidup ini. lalu mengapa gue merasa iri melihat para individu yang hidup di abad 17 atau 18, dimana mereka melihat KEMATIAN di halamannya, rumahnya, bahkan di halaman istana pemimpin suatu negara, KEMATIAN biasanya menjadi sebuah ajang ramai yang disimbolkan sebagai sebuah revolusi ataupun kemerdekaan.
kemudian apakah anak-anak ini mengalami kemalangan dalam hidupnya, atau mereka justru menjadi sebuah saksi yang akhirnya membuat mereka berkembang menjadi pelukis nomor satu di negaranya dan menjadi seorang filosofis yang akhirnya mencoba untuk mengentikan KEMATIAN.
pertanyaan gue cuma satu, mengapa kita tidak boleh menyentuh orang yang sudah meninggal, menciumnya, ataupun hanya mengingatnya?
secara pribadi gue lebih takut melihat orang kelaparan daripada KEMATIAN, gue lebih takut melihat pemerkosaan daripada KEMATIAN, gue lebih takut melihat orangtua gue menangis daripada KEMATIAN.
agama islam mengajarkan agar umatnya mencoba untuk membayangkan KEMATIAN selalu ada didekatnya. dengan melakukan hal ini bisa dipastikan manusia akan menemukan arti kehidupan yang hakiki dan mutlak. yaitu di dalam dekapan Tuhan YME. dan bukan dalam rasa aman yang diciptakan oleh manusia menggunakan peluru dan besi. mengapa umat manusia selalu menjauhi KEMATIAN, tetapi memiliki sikap saling membunuh yang semakin lama semakin berkembang. bahkan sekarang kalau anda meninggal, akan ada tim yang siap untuk membuat anda cantik lagi, mungkin mereka takut cucu anda tidak akan melihat muka anda yang pucat pasi, tetapi itulah arti KEMATIAN sebenarnya.
KEMATIAN adalah sebuah kejujuran. KEMATIAN adalah sebuah keadilan. KEMATIAN adalah sebuah KEMATIAN. KEMATIAN meringankan dosa yang semakin memberatkan bumi ini, karena setiap KEMATIAN dari orang yang sangat berat dosanya akan digantikan dengan kelahiran bayi yang tidak memiliki dosa. semakin kita menghindar dari realitas ini semakin kita tidak bisa mempersiapkan diri saat kemutlakan itu datang.
saat SMA, gue merasa beruntung karena paling tidak gue sempat mempelajari bagaimana cara untuk memandikan orang meninggal, memakaikan kain kafan dan lainnya. namun karena kita sudah diprogram untuk menghidar dari kematian, sehingga hanya melepaskan tawa sekeras-kerasnya agar tidak mendengar bisikan di telinga yang mengatakan kalau suatu saat akan tiba giliran. KEMATIAN tidak bersalah..... KEMATIAN bukanlah dosa..... KEMATIAN bukanlah sebuah kamar di rumah sakit yang harus dilewati dengan derap yang lebih kencang dan terburu-buru! KEMATIAN bukanlah sesuatu yang perlu dihitung dan diingat seumur hidup seperti yang dilakukan bangsa Yahudi. satu hal yang bisa gue simpulkan, semakin sering kita mencoba menghindar dari sebuah KEMATIAN, semakin dekat juga kita dengan KEMATIAN. semakin lama manusia menghindar atau berusaha melupakan KEMATIAN mereka tak henti-hentinya menciptakan obat, tembakau, alat, agama, dan sikap yanng mendekatkan dengan KEMATIAN..... mungkin perlahan... mungkin lebih cepat...
elegy
15 January 2010
love conquers all

i know Tan Chui Mui recently.. she is one of the new Malaysian new wave (or independent cinema, if you like). i watched her film, "love conquers all", like a month ago but the impression is still in the air..
i would like to say that i have forgot phrases like, "you complete me" or "i don't know how to quit you". all i remember is "it's my heart and now, it's broken."
watching this movie made me remember that there is a phrase like "you complete me" or "i don't know how to quit you". basically, the film is about personal journey to the most adventurous and mysterious place in the earth:human heart. the film tells about the most difficult journey and search in the human life: to find a love. the premise is simple: a man loves a woman. initially, a woman does not love him but instantly she develops a deeper feeling and finally loves him.
love costs a lot, more than life itself. she loves and then she lost everything. it's a trade. she just realised that love is stronger than death. love is all she could afford to survive life.
i can't stop but shed a tears. ohh, no, i'm bathed in tears. how can I relate her experiences with my own? how can i deeply fall for that? how can i share the same experience? i believe that i don't really need to refer this film with Hou Hsiou Hsien or Tsai Ming Liang. its ordinariness, its dailiness, its serenity are i believe, the result of difficult journey and reflection.
i always think that Malaysian independent cinema is over-rated, but watching Tan Chui Mui is a very rewarding experience. and thanks God, she is a woman! :)
lourdes
"kenapa aku dan bukan dia yang cacat?"
"kenapa dia dan bukan aku yang sembuh?"
"kenapa doaku hanya terbentur atap rumah ibadah?"
"sementara yang tanpa doa lebih bahagia?"
"apakah Tuhan terlalu sibuk, sampai administrasinya sering salah?"
Lourdes
merupakansebuah kota, tempat ziarah agama Katolik terbesar di Perancis..
pada tahun 1858 Bunda Maria, Bundanya Yesus, menampakkan diri kepada Santa Bernadette yang berusia 14 tahun di sebuah grotto..
mata air dari grotto itu dipercayai memiliki mujijat penyembuhan..
(sumber: wikipedia)
Lourdes
merupakan sebuah film tentang seorang wanita lumpuh yang mengalami perubahan dalam hidupnya ketika mengunjungi Lourdes..
sebuah film yg mencubit iman, dan tidak semua doa dapat terjawab seperti ajaran pada umumnya..
sebuah bioskop masih memutar film ini meski penontonnya sedikit.. :(
kucing besar.....
menengok ke kandang macan seperti menengok ke dalam jurang begitu curam dan dalam..
itu pun hati masih tergetar saat mendengar aumnya..
tetapi menengok saat mereka bercanda, tak ubahnya seperti tingkah seekor kucing..
bahkan di dalam kolam seolah bisa menjadi pengganti ikan koi, mungkin para lelaki sempat terpikir, seperti para wanita ketika.............